Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan hindu yang amat terkenal lantaran mampu mempersatukan seluruh wilayah Nusantara bahkan sebagian dari wilayah Asia Tenggara. Besarnya wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit tentunya berimbas pula pada betapa makmur dan majunya peradaban di wilayah Antawulan, Ibukota kerajaan Majapahit yang sekarang dikenal dengan nama Trowulan tepatnya di kabupaten Mojokerto , Jawa Timur.
Banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah yang masih dapat kita lihat hingga saat ini, terutama di wilayah kecamatan Trowulan yang dulu merupakan ibukota kerajaan Majapahit. Wujud bangunan yang masih tersisa antara lain berupa bangunan candi, pintu gerbang kerajaan, kolam pemandian, bangunan reservoir air, bangunan waduk, bangunan kanal, sumur kuno, makam kuno, sisa bangunan pendapa, sisa pemukiman kuno hingga sisa bangunan rumah.
Selain peninggalan berupa bangunan, ratusan ribu artefak Majapahit berupa koin mata uang, batu bata, batu umpak, batu lumpang, genting, pecahan tembikar, celengan hingga keramik cina tersebar di seluruh penjuru Trowulan dalam cakupan areal seluas kira-kira 10 x 11 km dan masih sering ditemukan oleh penduduk sampai sekarang.
Situs peninggalan kerajaan majapahit yang sangat menarik ini diperoleh melalui penelitian yang panjang oleh beberapa ahli. Berikut beberapa peninggalan kerajaan Majapahit yang masih dapat kita saksikan sampai saat ini .
A. Candi Tikus
Candi Tikus adalah sebuah candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak di kompleksTrowulan, tepatnya di Dukuh Tinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto,Jawa Timur.. Candi ini merupakan salah satu situs arkeologi utama di Trowulan. Bangunan Candi Tikus berupa tempat ritual mandi (petirtaan) di kompleks pusat pemerintahan Majapahit. Bangunan utamanya terdiri dari dua tingkat. Kemudian ada miniature candi ditengah – tengahnya yang menggambarkan gunung mahameru yang dikelilingi tujuh samudra, tempat bersemayam para dewa dan sumber segala kehidupan diwujudkan dalam bentuk air mengalir.
Situs candi ini digali pada tahun 1914 atas perintah Bupati Mojokerto Kromodjojo Adinegoro. Karena banyak dijumpai tikus pada sekitar reruntuhannya, situs ini kemudian dinamai Candi Tikus. Candi Tikus baru dipugar pada tahun 1985-1989.
Candi Tikus diperkirakan dibangun pada abad ke-13 atau abad ke-14. Candi ini dihubungkan dengan keterangan Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama, bahwa ada tempat untuk mandi raja dan upacara-upacara tertentu yang dilaksanakan di kolam-kolamnya
B. Gapura Bajangratu
Dilihat dari bentuk bangunannya bangunan ini termasuk tipe gapura paduraksa yaitu gapura yang memiliki atap. Nama bajang ratu pertama kali disebut dalam oudheikunding verslag (ov) tahun 1915. Gapura inipun belum mengalami pemugaran tapi hanya konsulidasi – konsulidasi yang dilakukan pemerintah hindia belanda pada tahun 1915.
C. Situs Sentonorejo
Situs Sentonorejo merupakan peninggalan Majapahit yang berupa hamparan ubin (lantai) dan sisa dinding bangunan. Letak situs ini di Desa Sentonorejo, Kecamatan trowulan, Mojokerto. Lantai bangunan kuno tersebut berada ±1,80 m di bawah permukaan tanah sekitarnya, orientasi situs ini ke arah barat-timur dengan azimuth 80. Hal ini menarik dari tinggalan lantai kuno ini adalah ubinnya berpenampang segi enam yang terbuat dari tanah liat bakar. Jumlah ubin yang masih tersisa sejumlah 104 buah sebagian besar tersimpan di Museum Trowulan. Adapun pengikat antara bata satu dengan yang lain berupa tanah liat.Para ahli memperkirakan sisa lantai dan dinding di Sentonorejo ini merupakan pemukiman kuno yang bersifat profon yaitu berupa rumah tinggal penduduk masa Majapahit. Tambahan situs ini pernah dipugar pada tahun antara 1990 – 1991.
D. Makam troloyo
Makam troloyo merupakan pemakaman islam kuno yang terletak di kota kerajaan majapahit, berada di desa sentonorejo kecamatan trowulan, kabupaten mojokerto yang merupakan makam Syekh Jumadil Kubro. Syech Jumadil Kubro adalah kakek dari Sunan Ampel. Beliau adalah ulama dari Persia yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Makamnya pertama kali diberi cungkup oleh tokoh masyarakat setempat bernama KH Nawawi pada tahun 1940. Di kompleks makam troloyo terdapat dua kelompok makam, yaitu kelompok makam bagian depan, terdiri dari makam Wali Songo dan Kelompok Makam Syech Jumadi Kubro. Kelompok makam inilah yang paling banyak dikunjungi peziarah. Dan kelompok makam bagian belakang terdiri dari dua cungkup, yaitu cungkup pertama makam Raden Ayu Anjasmara dan makam Raden sering disebut sebagai kubur pitu.
Troloyo berasal dari kata sentra dan pralaya yang berarti tegal ( tanah lapang) dan rusak atau mati. Jadi arti kata troloyo adalah tanah lapang untuk orang mati. Makam ini membuktikan bahwa islam sudah berkuasa sejak kekuasaan majapahit yang juga membuktikan bahwa kerajaan majapahit yang bercorak hindu – budha sudah member kebebasan pada rakyatnya untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya, bukti ini juga didukung dengan adanya sumber – sumber tertulis yaitu beberaapa ladung sunda.
E. Makam Putri Campa
Situs ini terletak di sudut Timur Laut Kolam Segaran. Pada kompleks makam tersebut terdapat batu nisan berangka tahun 1230 C yang dianggap sebagai Makam Putri Campa. Menurut babad Tanah jawi, Putri Campa adalah permisuri dari Raja terakhir Majapahit (Brawijaya). Namun dalam Serat Darmogandul Pupuh XX yang berasal dari pertengahan abad XX, terdapat riwayat yang menceritakan saat-saat akhir hidup Raja Brawijaya terakhir. Ia berpesan kelak apabila dia meninggal maka dimakamkan secara Islam di daerah Sastratrowulan(sekarang menjadi Trowulan). Namun karena putranya Raden Patah telah memperlakukannya sebagai seorang wanita maka makam tadi hendaknya kelak diberi nama Makam Putri Campa.
F. Candi Brahu
Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di Jawa Timur. Lokasi persisnya ada di Dukuh Jamu Mente, Desa Bejijong atau sekitar 2 kilometer dari jalan raya Mojokerto, Jombang. Candi ini terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan, bekas ibu kotaMajapahit. Candi Brahu dibangun dari batu bata merah, dibangun di atas sebidang tanah menghadap ke arah barat dan berukuran panjang sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan punya ketinggian 20 meter.
Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Budha. Candi ini didirikan pada abad 15 Masehi namun terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan candi ini berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan. Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti alasantan yang ditemukan tidak jauh dari lokasi candi brahu, yang menjelaskan tentang nama dari bangunan suci yaitu waharu yang merupakan tempat pembakaran raja – raja. Prasati ini ditulis oleh empu sendok pada tahun 861 saka.
Bangunan candi ini menggunakan system gosok. Struktur bangunan candi brahu terdiri dari kaki, tubuh dan atap. Dibagian tenggara tapa candi ini terdapat hiasan berdenah lingkaran yang dianggap sebagai stupa.
G. Candi Gentong
Candi Gentong terletak di Dusun Jambumente Desa Bejijong Kecamatan Trowulan, sekitar 1 km dari pusat kota kecamatan arah utara . candi ini berada disebelah timur candi brahu.
Dalam rekontruksi majapahit menurut meclaine pont bahwa candi gentong merupakan salah satu dari candi yang berderet dengan arah bujur timur candi gedong, candi tengah dan candi gentong, kemudian berdasarkan konsep tata ruang candi gentong adalah mandala stupa .
Bangunan Candi Gentong berupa kaki candi berdenah bujur sangkar berukuran 23.5 x 23.5 meter tinggi 2.45 m dengan pintu masuk menghadap ke barat. Pada saat penggalian banyak ditemukan artefak-artefak berupa pecahan keramik cina dari masa dinasti Yuan dan Ming, fragmen tembikar, mata uang cina, emas, stupika (benda berbentuk stupa) dan arca Budha. Dibangun pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk untuk upacara Sraddha memperingati Tribuana Wijaya Tunggadewi yang tidak lain adalah ibunda Hayam Wuruk. Maksud upacara ini adalah untuk memohon kesejahteraan pemerintahan.
Candi Gentong adalah bukti besarnya toleransi beragama pada masa itu, terbukti bahwa agama Hindu dan Budha dapat bersanding dan mendapatkan pengakuan dari pemerintah.
H. Situs kedaton
Situs Kedaton terletak di Dusu kedaton, Desa Sentono Rejo Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Lokasi situs Kedataon yang berad pada ketinggian 41,10 meter di atas permukaan laut
Situs ini terdiri dari 2 macam bangunan BANGUNAN I merupkan sebuak kaki bangunan dengan bentuk denah segi empat berukuran panjang 12,6 meter serta lebar 12,5 meter serta tinggi bagian yang tersisa 1,58 meter dari permukaan tanah. Pada bagian sudut dan tengah masing-masing sisi dinding luar terdapat bentuk-bentuk pilaster, yang selain berfungsi sebagi ornamen hias juga berfungsi sebgai penguat dinding. Bagian ini mempunyai arah hadap ke barat.
Di depan bangunan ini, dengan jarak kurang lebih 5 meter terdapat sebuah sumur kuno yang terbuat susunan bata. Hingga sekarang sumur ini masih berfungsi, baik untuk kebutuhan air maupun kebutuhan ritual yang percaya bahwa sebelum bersemedi di sumur upas harus menyucikan dirinya dengan air yang berasal dari sumur tersebut
BANGUNAN II (komplek sumur upas)
Bngunan ini merupakan suatu kompleks yang luasnya belum dapat diketahui dengan pati, demikian juga dengan arah hadapanya. Namun berdasarkan orientasi bangunan I yang mempunyai arah hadap ke barat, diperkirakan kmpleks pemakan ini juga mempunyai pintu masuk dengan arah haap yang sama. Peanamaan sumur upas diambil dari semacam lubang(sumuran) yang terdapat ditengah gugusan. Oleh masyarakat, lubang tersebut dinamakan sumur upas. Dalam cerita yang berkembang pada masyarakat setempat, sumur ini dahulu merupakan jalan rahasia menuju ke suatu tempat aman yanng diperuntukkan bagi raja-raja apabila terjadi pennyerangan oleh musuh. Untuk menghalangi agar tidak semua ornmag berani, maka jalan rahasia ini diberi nama sumur upas.
Banyaknya struktur yang nampak dari hasil ekskavasi selama ini, diperkirakan gugusan bangunan II ini terdiri dari beberapa bangunan. Struktur –struktur ini posisinya saling tumpang tindih yang menandakan bahwa situs ini pernah dihuni manusia dalam beberapa masa yang berlainan
Ditemukan juga bahwa disebelah barat candi kedaton dalam jarak 100 meter, terdapat pula peninggalan purba kala berupa gugusan batu umpak ini berbentuk segi delapan. Diperkirakan gugusan batu umpak ini masih dalam posisi insitu, dan tersusun dalam konigurasi memanjang sejajar sebanyak tujuh hingga enam dengan orientas timur-barat. Melihat letaknya yang berdekatan, para ilmuwan mempekirakan bahwa kdua situs tersebut berkaitan.
I. Gapura wringin lawang
Gapura Wringin Lawang merupakan bangunan kuno bentuk Gapura Belah yang tidak memiliki atap (Tipe Candi Bentar). Gapura ini diperkirakan sebagai pintu gerbang masuk salah satu kompleks bangunan yang berada di kota Mojopahit. Lokasinya berada di dukuh Wringin Lawang, Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan.
Gapura Wringin Lawang keseluruhannya terbuat dari bata merah dengan arah hadap timur-barat, bentuk dasar denanhnya segi empat dengan ukuran panjang 13 meter, lebar 11.50 meter dengan tinggi 13.70 meter (sebelum dipugar gapura sisi selatan masih utuh mempunyai tinggi 15.50 meter, sedangkan sisi utara masih tersisa 9 meter)
Gapura Waringinlawang sering dihubungkan dengan Gapura masuk ke ibu kota Majapahit, namun secara pasti belum diketahui apakah gapura ini merupkan Gapura masuk keraton atau bangunan lain, hanya diperkirakan sebagai pintu gerbang masuk salah satu kompleks bangunan yang berada di kota Majapahit.
Gapura Wringin Lawang didirikan pada abad ke-14 Masehi. Berdasarkan hasil penelitian dan ekskavasi di Trowulan, bangunan ini diduga memang merupakan sebuah Gapura untuk masuk kedalam kompleks kotaMajapahit yang berkesesuaian dengan fungsinya sebagai Gapura Bentar.Pemugaran Gapura Wringin Lawang dilaksanakan sejak tahun 1991 dan selesai tahun 1995.
J. Kolam Segaran
Kolam segaran pertama kali ditemukan oleh seoran Belanda, Ir. Marc Lain Pont bekerjasama dengan Bupati Mojokerto pertama yaitu Kromojoyo pada tahun 1926. Sejak ditemukan hingga saat ini, telah beberapa kali dilakukan pemugaran yaitu pada tahun 1966, 1974, dan 1984. Bagi Kabupaten Mojokerto Kolam Segaran merupakan salah satu situs peninggalan Kraton Majapahit, yang dituahkan dan dibanggakan masyarakat Trowulan khususnya dan Mojokerto pada umumnya.
Kolam ini memiliki panjang 375 meter, lebar 175 meter, tebal tepian 1,6 meter dengan kedalaman 2,88 meter. Sebagai pembatas, kolam ini menggunakan konstruksi batu bata. Dan uniknya, batu bata tersebut hanya ditata sedemikian rupa tanpa perekat dan hanya digosok – gosokkan satu sama lain. Saluran air masuk ke kolam ada di bagian tenggara. Sedangkan di sebelah selatan sudut timur laut dinding sisi luar terdapat 2 kolam kecil berhimpitan, sementara di sebelah barat sudut timur terdapat saluran air menembus sisi utara. Di bagian tenggara terdapat saluran air masuk ke kolam dan saluran air keluar di bagian barat laut. Sumber air kolam berasal dari Balong Bunder dan Balong Dowo yang berada di sebelah selatan dan barat daya kolam. Dan pintu masuknya terletak di sebelah barat, dengan bentuk tangga batu kuno. Selain dari dua sumber air tersebut, air dalam kolam Segaran juga berasal dari air hujan. Oleh karena itu, kolam tersebut selalu dipenuhi air dengan ketinggian 1,5 hingga 2 meter selama musim penghujan. Letak Kolam Segaran sekitar 500 meter arah selatan jalan raya Mojokerto – Jombang. Dengan ukuran yang sangat besar itu, kolam yang menjadi salah satu simbol kejayaan Kraton Majapahit ini, diakui beberapa ahli anthropologi nasional sebagai kolam kuno terbesar di Indonesia.
Diduga dulunya kolam ini berfungsi sebagai waduk dan penampung air, yang merupakan wujud kemampuan kerajaan Majapahit akan teknologi bangunan basah, para ahli memperkirakan kolam ini sama dengan kata ”Telaga” yang disebut dalam kitab Negarakertagama.
Selain itu, ada cerita yang menyebutkan bahwa kolam tersebut sering dimanfaatkan para Maharaja Majapahit untuk bercengkerama dengan permaisuri dan para selir kedatonnya. Kolam tersebut juga digunakan Maharaja Hayam Wuruk untuk menjamu tamu agung dari kerajaan Tiongkok. Fungsi yang lain yaitu untuk pemandian putri – putri raja. Kolam Segaran juga difungsikan sebagai tempat penggemblengan para ksatria laut MajapahiT.
K. Situs Pendopo Agung
Situs ini terletak di Dsn. Nglinguk, Desa Trowulan, Kecamatan trowulan, Mojokerto. Nama Pendopo Agung diberikan pada situs ini karena pada saat ini telah berdiri pendopo yang didirikan pada 15 Desember 1966 atas prakarsa Kolonel Sampurna. Pendirian bangunan ini berdasarkan umpak-umpak yang ada di situs, yang menurut anggapan mereka pada masa lalu pasti berdiri pendopo yang sangat besar yang layak menjadi pendopo keraton. Selanjutnya didirikan Patung Raden Wijaya di depan pendopo tersebut serta relief Gajah Mada di bagian belakang sedang melakukan Sumpah Amukti Palapa. Sebelum berdirinya pendopo umpak-umpak batu berdenah segi enam berdiri berjajar membujur arah barat-timur sebanyak 26 buah. Enam belas diantaranya digunakan sebagai umpak pendopo, satu umpak digunakan sebagai candra sangkala berdirinya Pendopo Agung, sedangkan sisanya diletakkan di halaman sebelah barat pendopo. Tiga di antara 16 umpak tersebut posisinya masih insitu difungsikan menjadi umpak saka guru. Di halaman barat dan selatan pendopo tersebut terdapat tiang batu yang oleh masyarakat disebut cancangan gajah. Di halaman belakang pendopo agung terdapat makam yang disebut Kubur Panggung. Penelitian terdahulu menyebutkan di bawah bangunan makam ini terdapat struktur batu yang saling bersilangan, sebagai peninggalan dari majapahit.
L. Makam panjang
Makam/kubur panjang yang masih dikeramatkan penduduk ini secara administrative berada di wilayah Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kab. Mojokerto. Letaknya kurang lebih 300 m dari sudut timur laut Kolam Segaran pada tanah yang agak tinggi dari daerah sekitanya.kompleks makam panjang dengan bangunan yang ada sekarang merupakan bangunan baru. Demikian pula jirat makam panjangnya. Tinggalan kunonya hanya berupa prasasti yang dianggap nisan oleh penduduk, tertulis pada batu dengan bentuk akolade. Prasasti singkat tersebut menggunakan huruf dan tulisan Jawa Kuno.Isi prasasti :Pangadegning boddhi I saka 1203 yang artinya berdirinya pohon boddhi pada tahun saka 1203
Berdasar isi prasasti tersebut patut diragukan apakah dahulu di tempat tersebutpernah dimakamkan seseorang. Yang pasti bahwa pada tahun 1203 Ç (1281) telah ditanam pohon boddhi. Dalam sejarah agama Budha pohon Boddhi dihubungkan dengan pencapaian pencerahan oleh Sang Budha Gautama. Di jwa pohon boddhi disamakan dengan pohon beeringin (Kern, 1917 : 77-82). Adapun maksud penanaman pohon boddhi/beringin berdasr data sejarah tidak berubah dari dahulu hingga sekarang yaitu untuk memperingati suatu peristiwa tertentu, dengan tujuan agar tercapai segala keinginan yang menjadi maksud dalam peringatan tersebut. Angka tahun 1203 Ç (1281) juga menunjukkan bahwa Trowulan telah dihuni sebelum Majapahit berdiri.
M. Situs Klintorejo
situs ini terletak di daerah persawahan di desa klintorejo kecamatan sooko. Di dalam situs ini terdapat peninggalan – peninggalan berupa yoni, sandaran arca, lumping batu, jaladwara, balok batu dan umpak. Peninggalan yang paling menarik adalah yoni yang berukuran besar. Salah satu sisi yoni terdapat cerat yang disangga oleh naga, badan yoni tersususn dari beberapa pelipit berhias pola geometris, sulur dan daun – daun lotus.
Lokasi situs klintorejo berdekatan dengan desa penggih. Nama desa ini dalam kitab pararaton juga disebutkan sebagai tempat pendharmaan tribhuwana tunggadewi, ibu hayam wuruk yang bergelar bhre kahuripan sehingga situs ini selalu dikaitkan dengan bhre kahuripan.
N. Situs pemukiman BPA
Situs Pemukiman BPA berada di halaman sebelah selatan Museum Trowulan, yang secara administratif termasuk Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Situs ini memperlihatkan sisa bangunan permukiman yg sangat menarik. Denah bangunan segi empat, berukuran panjang 5,2 m dan lebar 2,15 m. Kapasitas ruang ini relatif sempit bila dijadikan tempat tinggal, paling banyak ditempati 2-3 orang, seperti hal ini masih dapat disaksikan di Bali sekarang ini. Tangga terdiri dari 3 undakan, menempel di sisi utara Batur. Lantai Bangunan tidak ditutup oleh Bata, kemungkinan sudah hilang, hanya dijumpai perkerasan tanah padat yg bercampur pecahan kecil tembikar dan bata.
O. Musium Trowulan
seorang Bupati Mojokerto yang bernama R.A.A. Kromodjojo Adinegoro memiliki jasa besar atas pendirian Museum Trowulan. Diawali atas prakarsanya dan seorang arsitek Belanda bernama Henry Maclaine Pont mendirikan Oudheeidkundige Vereebeging Majapahit (OVM) pada tanggal 24 April 1924 yaitu suatu perkumpulan yang bertujuan meneliti peninggalan-peninggalan Majapahit. OVM menempati sebuah bangunan di Trowulan yang terletak di Jalan Raya antara Mojokerto dan Jombang (sekarang Kantor BP3 Trowulan).
Seiring dengan perkembangan waktu maka OVM memiliki jumlah koleksi yang melimpah bahkan beberapa temuan berasal dari luar Situs Trowulan. Semakin banyaknya jumlah koleksi tersebut maka pada tahun 1926 para pemrakarsa OVM berniat mendirikan Museumyang bernama Museum Trowulan. Museum ini terbuka untuk umum dan didirikan bangunan khusus untuk ruang pamernya.
Pada masa pendudukan Jepang (1942), museum sempat ditutup untuk umum karena Henry Maclaine Pont ditawan oleh Jepang. Guna menjaga aset museum tersebut maka pemerintah mengambil alih pengelolaannya.
Semenjak Indonesia merdeka maka pengelolaan dilakukan oleh bangsa sendiri melalui lembaga Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) yang sekarang bernama Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur. Kantor tersebut selain mengelola museum juga melakukan perlindungan benda purbakala di seluruh wilayah Jawa Timur sehinggaMuseumTrowulan pada akhirnya menampung benda cagar budaya yang rawan rusak atau hilang di tempat aslinya. Museum akhirnya berpindah ke arah selatan berganti nama menjadi Balai Penyelamatan Arca. Penamaan tersebut didasarkan atas fungsinya yaitu lokasi penyelamatan arca dan sejenisnya. Walaupun nama tersebut sudah berubah tetapi masyarakat masih mengenal dengan nama Museum Trowulan.
Jumlah koleksi Museum Trowulan semakin bertambah banyak pada tahun 1999 karena adanya pemindahan dan penggabungan koleksi Gedung Arca Mojokerto dengan MuseumTrowulan. Penembahan koleksi tersebut terutama berasal dari koleksi R.A.A. Kromodjojo Adinegoro pada masa sebelumnya yang disimpan di Gedung Arca Mojokerto tersebut.
Mulai tanggal 3 November 2008 secara resmi nama Balai Penyelamatan Arca atauMuseumTrowulan berganti nama menjadi Pusat Informasi Majapahit (PIM) yang diresmikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jero Wacik. Penamaan tersebut didasarkan atas peningkatan kebutuhan masyarakat akan informasi tentang Majapahit baik oleh peneliti maupun masyarakat umum. Sebuah informasi terpadu baik berupa data tertulis, digital, gambar maupun peninggalan pada zaman Majapahit nantinya dapat diakses secara lengkap di Pusat Informasi Majapahit tersebut.
Koleksi museum trowulan
erdasarkan bahannya, maka koleksi PIM yag dipamerkan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu sebagai berikut.
1.Koleksi tanah liat (terakota)
Koleksi ini mencakup terakota manusia (figurin), alat-alat produksi, alat-alat rumah tangga, dan arsitektur.
2.Koleksi keramik
Koleksi keramik beragam bentuk antara lain guci, teko, piring, mangkok, sendok, dan vas bunga. Koleksi tersebut dapat diketahui umur relatifnya dan asal negaranya antara lain berasal dariCina, Thailand, dan Vietnam.
3.Koleksi logam
Koleksi logam dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya dan fungsinya antara lain uang kuno, alat-alat seperti bokor, pedupaan, lampu, guci, cermin, genta, dan alat musik.
4.Koleksi batu
Koleksi berbahan batu dapat diklasifikasi menjadi koleksi miniatur dan komponen candi, koleksi arca, koleksi relief, dan koleksi prasasti. Selain itu juga terdapat koleksi lain yang berbahan batu yaitu alat-alat dan fosil binatang.
sumber: http://iskandarberkasta-sudra.blogspot.com